Followers

Monday 4 April 2011

SURAT IBU KEPADA ANAK DERHAKA

Wahai Anakku!Inilah surat dari ibumu yang lemah, yang ditulis dengan penuh rasa malu setelahlama mengalami keraguan dan kebimbangan. Ibu pegang penanya berkali-kali lantasterhenti, dan ibu letakkan lagi pena itu karena air mata berlinang berkali-kaliyang disusul dengan rintihan hati.
Wahai Anakku!Sesudah perjalanan waktu yang panjang, ibu rasa engkau sudah dewasa danmemiliki akal sempurna maupun jiwa yang matang. Sedangkan ibu punya hak atasdirimu, maka bacalah sepucuk surat ini; dan jika tidak berkenan robek-robeklahsebagaimana engkau telah merobek-robek hati ibu.

Wahai Anakku!
Dua puluh lima tahun yang lalu adalah hari yang begitu membahagiakan hidup ibu.Ketika dokter memberitahu ibu, ibu sedang mengandung. Semua ibu tentumengetahui makna ungkapan itu, yakni terhimpunnya kebahagiaan dan kegembiraan,serta awal perjuangan seiring dengan adanya berbagai perubahan fisik maupunpsikis. Sesudah berita gembira itu ibu peroleh, dengan senang hati, ibumengandungmu selama sembilan bulan. Ibu berdiri, tidur, makan dan bernafasdengan susah payah. Namun itu semua tidak menyebabkan surutnya cinta ibu padamudan kebahagiaan ibu menyambut kehadiranmu. Bahkan rasa cinta dan kerinduan ibupadamu tumbuh subur dan berkembang hari demi hari. Ibu mengandungmu dalamkondisi yang lemah dan bertambah lemah, payah dan bertambah payah. Ibu sangatbahagia meski bobotmu semakin berat, padahal kehamilan itu sangat berat bagiibu. Itulah perjuangan yang akan disusul dengan cahaya fajar kebahagiaansetelah berlalunya malam panjang, yang membuat ibu tidak bisa tidur dan kelopakmata ibu tak bisa terpejam. Ibu merasakan derita yang sangat, rasa takut dancemas yang tak bisa dilukiskan dengan pena dan tak sanggup diungkapkan denganretorika lisan. Ibu telah berkali-kali melihat kematian dengan mata kepala ibu sendiri,sehingga akhirnya engkau lahir ke dunia ini. Air mata tangismu yang bercampurdengan air mata kegembiraan ibu telah menghapus seluruh derita dan luka yangibu rasakan.

Wahai Anakku!Telah berlalu tahun demi tahun dari usiamu, dan dirimu selalu ibu bawa dalamhati ibu. Ibu memandikanmu dengan kedua tangan ibu. Pangkuan ibu sebagaibantalmu. Dada ibu sebagai makananmu. Ibu berjaga semalaman agar engkau bisatidur. Ibu susuri siang hari dengan keletihan demi kebahagiaanmu. Dambaan ibutiap hari adalah melihatmu tersenyum. Dan idaman ibu setiap saat adalah engkaumeminta sesuatu yang ibu sanggup lakukan untukmu. Itulah puncak kebahagiaanibu.
Itulah hari-hari dan malam yang ibu lalui sebagai pelayan yang tak pernahmenyia-nyiakanmu sedikit pun. Sebagai wanita yang menyusuimu tiada henti, dansebagai pekerja yang tak pernah putus hingga engkau tumbuh dan menjadi seorangremaja. Dan mulailah nampak tanda-tanda kedewasaanmu. Ketika itu pula, ibukesana kemari mencarikan calon pasangan hidupmu yang kau inginkan. Lalu tibalahsaat pernikahanmu. Denyut jantung ibu terasa berhenti dan air mata ibu derasbercucuran karena gembira melihat hidup barumu dan karena sedih berpisahdenganmu.
Saat-saat yang begitu berat telah lewat. Namun engkau seolah bukan lagi anakibu, seperti yang ibu kenal selama ini. Sungguh engkau telah mengabaikan diriibu dan tidak mempedulikan hak-hak ibu. Hari-hari berlalu dan ibu tidak lagimelihatmu dan tidak pula mendengar suaramu. Engkau masa bodoh kepada ibu yangselama ini menjadi pelayan yang mengurusimu.

Wahai Anakku!Ibu tidak meminta apa pun selain posisikanlah diri ibu ini sepertikawan-kawanmu yang terdekat denganmu. Jadikanlah ibu sebagai salah satuterminal hidupmu sehari-hari, sehingga ibu dapat melihatmu meskipun sekejap.

Wahai Anakku!Punggung ibu telah bongkok. Anggota tubuh ibu telah gemetaran. Beragam penyakittelah membuat ibu semakin ringkih. Rasa sakit senantiasa mendera ibu. Ibu sudahsusah untuk berdiri maupun duduk, namun hati ibu masih sayang padamu. Andaikanada seseorang yang memuliakanmu sehari, tentu engkau akan memuji kebaikannyadan keelokan budinya. Padahal, ibumu ini telah benar-benar berbuat baikkepadamu, namun engkau tak melihatnya dan tak mau membalas kebaikannya. Ibumutelah menjadi pelayanmu dan telah mengurusmu bertahun-tahun. Lantas manakahbalas budi dan hak ibu yang harus engkau tunaikan? Sekeras itukah hatimu?Apakah hari-hari sibukmu telah menyita seluruh waktumu?

Wahai Anakku!Ibu merasakan kebahagiaan dan kegembiraan bertambah saat melihatmu hidupbahagia, karena engkau adalah buah hati ibu. Apa salah ibu sehingga engkaumemusuhi ibu, tak suka melihat ibu, dan engkau merasa berat untuk mengunjungiibu? Apakah ibu pernah berbuat salah padamu atau pelayanan ibu kurangmemuaskanmu? Jadikanlah ibu seperti pelayan-pelayanmu yang engkau beri upah.Curahkanlah setitik kasih sayangmu. Renungkanlah jasa ibu dan berbuat baiklah.Sungguh, Allah amat menyukai orang-orang yang berbuat baik.
Wahai Anakku!Ibu sangat berharap bisa bersua denganmu. Ibu tak ingin apapun selain itu.Biarkanlah ibu melihat muramnya wajahmu dan episod-episod kemarahanmu.

Wahai Anakku!Sisakan peluang di hatimu untuk berlembut-lembut dengan seorang wanita renta,yang diliputi kerinduan dan dirundung kesedihan ini. Yang menjadikan kedukaansebagai makanannya dan kesedihan sebagai selimutnya. Engkau cucurkan airmatanya. Engkau membuat sedih hatinya dan engkau memutuskan hubungan dengannya.Ibu tidak mengeluhkan kepedihan dan kesedihan ibu kehadirat-Nya, karena jikaibu adukan perkara ini ke atas awan dan ke pintu gerbang langit sana, ibukhawatir hukuman akan menimpamu, dan musibah akan terjadi dalam rumah tanggamu,lantaran kedurhakaanmu. Karena ibu teringat peringatan junjungan kitaRasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam:

"Maukah kalian aku sampaikan tentang dosa yang terbesar?"Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengucapkannya tiga kali. Para sahabatmenjawab, "Ya, wahai Rasulullah". Beliau bersabda,
"Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua." (HR.Bukhari).
"Tidak masuk surga orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya."(HR. Ahmad).
"Tiga golongan orang yang tidak akan dilihat (dengan pandangan rahmat)oleh Allah pada hari kiamat; orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya,orang yang suka minum minuman keras, orang yang suka mengungkitpemberiannya." (HR. Nasaai dan dinyatakan shahih oleh Albani).
"Terlaknat orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya." (HR. Hakimdan Thobrani serta dinyatakan shahih oleh Albani dalam Shahih at-Targhib wat-Tarhib,2/334).

Tidak, ibu tidak menginginkan itu. Engkau tetapmenjadi buah hati dan hiasan dunia ibu.

Camkanlah wahai Anakku!Ketuaan mulai nampak dalam belahan rambutmu. Tahun demi tahun akan berlalu, danengkau akan menjadi tua renta, sedangkan setiap perbuatan pasti akan dibalassetimpal. Engkau akan menulis surat kepada setiap anak-anakmu dengan cucuranair mata, sebagaimana yang ibu tulis untukmu. Dan di sisi Allah, akan bertemuorang-orang yang berselisih, hai Anakku. Maka bertakwalah engkau kepada Allahterhadap ibumu. Usaplah air matanya dan hiburlah agar kesedihannya sirna.Robek-robeklah surat ini setelah engkau membacanya. Namun ketahuilah, siapasaja yang beramal soleh, maka kesolehan itu buat dirinya sendiri, dan siapayang berbuat jahat, maka balasan buruk bakal menimpanya.
"Barangsiapa mengerjakan kebajikan, maka (pahalanya) untuk dirinyasendiri, dan barangsiapa berbuat jahat, maka (dosanya) menjadi tanggungannyasendiri. Dan Rabbmu sekali-kali tidaklah menzalimi hamba-hamba-Nya." (QS.Fushshilat: 46).

Bahan rujukan: Qashash Mu'atstsirah fi Birr wa 'Uquqil Walidain (terjemahan)karya Fathurrahman Muhammad Jamil, dan lain-lain. (Al Fikrah)

No comments:

Post a Comment